![]() |
Petugas sedang mengevakuasi jasad 12 perempuan yang tertimbun longsoran tanah galian tambang emas. (Foto: Istimewa) |
ARN24.NEWS -- Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Terbersit di hati sebagai ucapan duka yang mendalam. Kabar itu datang dari Kabupaten Mandailang Natal (Madina). Wilayah kecamatan pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan pada 1998.
Kamis (28/4/2022), tepatnya pukul 16.00 WIB. Sekira 12 perempuan perkasa dari dua kecamatan di Madina terimbun material longsor. Berita pun viral di
jagat maya. Bukan apa-apa, di tengah akhir Ramadhan, para ibu-ibu di sana masih rela menyingsingkan lengan. Pun, mungkin cuma untuk satu tujuan agar membahagiakan keluarga di lebaran.
Tak cuma bahagia bagi para korban yang bertarung nyawa, namun paling utama adalah untuk anak-anak mereka. Dengan artian, bisa membeli sepasang baju baru, mengisi 'halua' di rumah, bahkan (bisa jadi) membeli sekeping perhiasan. Dan itu merupakan tradisi yang telah melekat dari zaman berzaman. Adalah Idul Fitri, yang dimaknai sebagai hari Kemenangan, tapi bukan hari 'kebaruan'.
Sehingga terkadang harus mengorbankan segalanya. Sampai-sampai menggadaikan apa yang sepantasnya digadai. Namun tak dinyana, hiruk pikuk jelang lebaran membawa duka. Seperti dikisahkan, sejak pagi selepas sahur, 12 emak-emak yang telah almarhumahah berangkat dari rumah. Sembilan wanita heroik itu berangkat dari Desa Bandar Limabung dan tiga lainnya bermukim di Desa Simpang Bajole, Kecamatan Lingga Bayu. Dengan bekal apa adanya, pejuang keluarga itu menuju Kecamatan Lingga Bayu tepatnya bekas tambang galian emas.
Di sana, mereka mengais lumpur yang kabarnya menyisakan butiran kuning berkilau. Tanah galian bekas kurasan mesin dompeng, mereka pilah. Diayak, disaring untuk mengharapkan secuil tembaga berharga. Di dalam lubang galian dompeng sekira 2 meter itu para penggali tersebut seolah tak kenal lelah.
Sayang, sungguh sayang. Harapan mendapatkan butiran atau serpihan emas menyisakan kepedihan. Nah, di tengah keasyikan bekerja, petaka itu menyapa. Tanah galian longsor. Jerit, mungkin menggema. Hanya saja warga tak ada yang mendengar karena mereka berada di dalam lubang kedalaman 2 meter. Kamis, pukul 16.00 WIB, seperti dilansir Kapolsek Lingga Bayu AKP Marlon Rajagukguk, warga sekitar langsung terhenyak. Dengan menggunakan alat berat jenis beko, para korban tewas bisa dievakuasi dari lubang maut eks galian lumbung emas.
"Korban ada sebanyak 12 orang, semuanya perempuan. Mereka tertimbun saat sedang mencari butiran emas di bekas tempat dompeng," sahut AKP
Marlon Rajagukguk.
Kisah nyata cerita pilu ini jadi pelajaran. Bahwa lebaran bukan cuma harus berbaju baru dan menyambut hari kemenangan yang tiada tara. Namun lebih kepada mengeratkan tali silaturrahmi. Terlepas dari cukilan di atas, terdata 12 nama pejuang keluarga itu di antaranya;
1. Nelli Sipahutar (55) warga Simpang Bajole
2. Kana (40), warga Desa Simpang Bajole
3. Nurhayati (49), warga Desa Simpang Bajole
4. Lesma Suriani Rambe (36), warga Desa Aek Limabung
5. Nurliana Hasibuan (38) warga Desa Aek Limabung
6. Irma Pane (39), warga Desa Aek Limabung 7.Sarifah Nasution (51) warga Desa Aek Limabung
8. Amna Pulungan (36) warga Desa Aek Limabung
9. Nur Ainun Pane (42) warga Desa Bandar Limabung
10. Nur Jayasari Pulungan (35) warga Desa Bandar Limabung
11. Nur Afni Lubis (37) warga Desa Bandar Limabung
12. Nurlina Batubara (45) warga Desa Bandar Limabung. (saze)