Notification

×

Iklan

Iklan

Misteri 30 Menit Sebelum Kematian Brigadir J

Minggu, 31 Juli 2022 | 16:32 WIB Last Updated 2022-07-31T09:32:34Z

Satu persatu misteri kematian Brigadir J alias Nopryansah Yosua Hutabarat terungkap setelah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melakukan sejumlah pemeriksaan. (Foto: Net)

ARN24.NEWS
-- Satu persatu misteri kematian Brigadir J alias Nopryansah Yosua Hutabarat terungkap setelah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melakukan sejumlah pemeriksaan. 


Meskipun demikian, peristiwa tembak menembak antara Yosua dengan rekannya, Bharada E alias Richard Eliezer Pudihang Lumiu, masih menjadi tanda tanya.


Komnas HAM pada pekan ini melakukan pemeriksaan intensif terhadap sejumlah pihak seperti tim dokter forensik Rumah Sakit Polri Kramat Jati, para ajudan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri non-aktif Irjen Ferdy Sambo hingga tim yang mengolah rekaman kamera pengamanan atau CCTV (Closed Circuit Television) untuk menelusuri jejak Yosua sebelum kematian.


Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam, mengatakan terdapat 20 rekaman CCTV dari 27 titik yang diperlihatkan kepada mereka oleh tim digital forensik dan cyber Polri. Rekaman tersebut menunjukkan perjalanan rombongan istri Ferdy Sambo dari Magelang sampai Jakarta.


Istri Sambo bersama Yosua dan Richard diketahui sempat melakukan PCR bersama-sama di rumah pribadinya di Jalan Saguling III, Duren Tiga, sekembalinya dari Magelang.


“Dalam video itu, ada jamnya dan prosesi PCR semua, termasuk almarhum Yosua ada di sana,” ujar  Anam di kantornya, Jakarta, Rabu, 27 Juli 2022.


Menurutnya, temuan terpenting dalam video tersebut, yaitu menunjukkan bahwa Yosua masih hidup sepulang perjalanan dari Magelang. “Masih hidup dan tidak ada kekurangan satu apa pun,” ujar dia.


Anam menyatakan pihaknya mengantongi informasi bahwa Ferdy Sambo tak berada di rombongan tersebut. Akan tetapi dia tak bisa memastikannya karena masih harus menunggu pemeriksaan jenderal bintang dua itu.


“Sepanjang yang ada dalam CCTV, seperti yang kami sebutkan, ada Ibu, istrinya Sambo, ada Brigadir J, ada Bharada E, dan asisten atau PRTnya,” ujar Anam. "Kami memang mendapatkan informasi bahwa Pak Sambo tidak berada pada rombongan tersebut tapi ini masih informasi satu pihak dan akan kami cek."


Selepas melakukan PCR, rombongan pun disebut terlihat sempat pergi meninggalkan lokasi. Hanya saja, kemana mereka pergi tak jelas karena tak ada rekaman yang menunjukkan bahwa rombongan itu tiba di rumah dinas Sambo di Komplek Polri Duren Tiga, Jalan Duren Tiga Utara I.


Anam menyatakan masih ada rekaman CCTV yang diteliti oleh pihak laboratorium forensik digital Polri.


“Itu masih diteliti labfor, karena masih ada satu proses, baik di siber dan labfor, yang belum selesai. Kalau itu dipaksakan misalnya tadi diperiksa, secara prosedur hukumnya juga akan lemah. Makanya kami beri kesempatan mereka selesaikan dulu,” ujar Anam.


Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo sebelumnya sempat menegaskan bahwa CCTV di rumah dinas Sambo, yang disebut sebagai lokasi tembak menembak antara Yosua dan Richard, rusak. Yang dikantongi penyidik polisi, kata dia, hanya rekaman CCTV perjalanan rombongan dari Magelang ke Jakarta dan di sekitar wilayah TKP.


"CCTV yang rusak, seperti apa yang disampaikan Kapolres Jaksel, ini CCTV yang ada di TKP. Tapi CCTV yang di sepanjang jalur ini, sepanjang TKP, ini yang diketemukan oleh penyidik," ujar kata Dedi.


Rekaman CCTV seperti yang diperiksa Komnas HAM pernah diulas oleh Majalah Tempo edisi pekan lalu. Rombongan istri Sambo disebut tiba di rumah Jalan Saguling III pada Jumat, 8 Juli 2022, sekitar pukul 15.00-16.00 WIB.


Seorang perwira polisi menyatakan bahwa Yosua memang terlihat masih sehat saat itu. 


“Yosua terlihat tiga kali memasukkan barang dari Magelang. Setelah itu semua rombongan wajib PCR,” ujarnya.


Ferdy Sambo juga disebut tiba lebih dulu dari rombongan itu. Dia tak ikut dalam rombongan yang menggunakan dua mobil dari Magelang karena pulang ke Jakarta menggunakan pesawat terbang. 


"Dari rekaman CCTV terlihat Pak Sambo memakai kaus cokelat dan celana PDL. Kemudian diikuti petugas swab yang berkerudung,” kata si perwira.


Setelah itu tak jelas kemana Sambo pergi. 


Polisi menyatakan bahwa peristiwa penembakan Yosua di rumah dinas Sambo terjadi pada sekitar pukul 17.00 WIB hari yang sama dengan kedatangan mereka dari Magelang.  


Berdasarkan penelusuran Majalah Tempo, polisi juga menyita CCTV dari kantor advokat Denny AK Andrian di Jalan Taman Makam Pahlawan Kalibata Nomor 8, Jakarta Selatan.


Menurut keterangan Davit Airlanto, salah satu pengacara di kantor itu, polisi mendatangi kantornya pada Kamis, 21 Juli 2022. Saat meminta rekaman CCTV, dua anggota polisi dari Kepolisian Daerah Metro Jaya membawa surat perintah penyitaan. 


Namun, dua pekan sebelumnya, pihak kantor advokat Denny AK Andrian telah membuat salinan rekaman CCTV tersebut.


Menurut Davit, polisi mengambil rekaman dari kamera pengawas di pintu pagar depan yang menghadap jalan TMP Kalibata. Rekaman yang diambil tercatat tanggal 8 Juli 2022.


Dalam rekaman yang dilihat Tempo, terlihat melintas satu mobil Pajero diikuti ambulans dengan lampu sirine menyala disusul dua mobil pengawalan Provos Polri melintas pada pukul 19.28 WIB.


Namun, waktu di CCTV tersebut lambat 25 menit dari yang seharusnya. Artinya, rombongan ambulans dalam waktu riil melintas di Jalan TMP Kalibata pukul 19.53 menuju ke arah Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.


“Polisi yang datang ke kami ingin memastikan ambulans itu yang mengangkut jenazah Brigadir Yosua untuk dibawa ke Rumah Sakit Polri,” ujar Davit.


Sementara itu, dari pengacara keluarga Brigadir J mengaku bahwa pihaknya belum berkomunikasi dengan pihak manapun, termasuk Polri terkait CCTV yang telah ditemukan.


“Untuk CCTV kita hanya mendengar dari kawan-kawan media. Jadi, belum melihat secara langsung ini CCTV yang mana, diperolehnya kapan, kemudian akurasinya bagaimana, kita belum melihat hal tersebut karena kami menghargai tim khusus ini sedang melakukan penyelidikan terkait yang awalnya CCTV dinyatakan terkena petir, terus hilang, kemudian sekarang ditemukan," kata  anggota tim kuasa hukum Brigadir J, Mansur Febrian dilansir dari tempo.co, Minggu, 31 Juli 2022.


"Jadi, kita juga tidak tahu CCTV yang mana yang ditemukan, yang sudah diidentifikasi yang mana, kami belum ada komunikasi secara rinci dengan pihak Polri maupun pihak yang lain,” kata dia.


Pemeriksaan CCTV itu setidaknya menganulir dugaan pihak pengacara Nopryansah Yosua Hutabarat bahwa dia sempat disiksa dalam perjalanan dari Magelang hingga Jakarta.


Hanya saja, tudingan bahwa dia melakukan pelecehan seksual terhadap istri Ferdy Sambo hingga penembakan oleh Bharada E, seperti cerita polisi, masih belum menemui fakta yang memadai.


Komnas HAM menyatakan masih akan menelusuri fakta-fakta dengan memeriksa sejumlah pihak lainnya. Mereka menyatakan pemeriksaan digital forensik belum kelar.


Komnas juga masih belum memeriksa Ferdy Sambo dan istrinya plus satu ajudan yang sebelumnya absen dalam pemeriksaan pekan kemarin.  


Selain itu, Komnas HAM juga belum memeriksa uji balistik peluru peristiwa penembakan itu.  Hasil autopsi ulang jenazah Brigadir J juga masih harus menunggu cukup lama. 


Ketua Tim Autopsi Ulang Jenazah Brigadir J di Rumah Sakit Umum Daerah Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi, Ade Firmansyah mengatakan, hasil autopsi akhir baru dapat diketahui dalam 4-8 pekan ke depan.


"Kami tidak ingin tergesa-gesa dalam pemeriksaannya, jadi diperkirakan hasil autopsi akhir dapat diketahui antara 4 pekan dan 8 pekan dari sekarang," kata Ade beberapa waktu lalu. (tmp/net)