Notification

×

Iklan

Iklan

Catatan REDAKSI: Berkaca dari Ramadhan......

Minggu, 10 Maret 2024 | 19:43 WIB Last Updated 2024-03-12T22:17:32Z

Oleh: Saza Parinduri. 


ARN24.NEWS --
TERLAHIR seorang bocah lelaki. Tubuh mungil, kulit sedikit hitam (ya kalau orang bilang sawo matang). Menginjakkan kaki di bumi buah cinta seorang ayah dan ibu yang hidup apa adanya. Mengulas kisah kedatangan bulan penuh barkah, rahmat dan maghfiroh, nama itu pun disematkan kepada sang bocah. 

Pun belum genap usia kelahiran yang biasa 9 bulan 10 hari, tapi sang bocah pun menatap kefanaan dunia ini. Yang zaman sekarang lahir secara prematur, begitu pula dialaminya. Ramadhan, sebut sang ayah saat itu. Dia mengazankan si buah hati dengan hikmad bercampur tetes air mata. 

Hari terus berlalu, kini Ramadhan memasuki usia 5 tahun. Biasanya seusia begitu dimasukkan ke sekolah PAUD alias Pendidikan Anak Usia Dini. Namun itu pun tak dirasakan Ramadhan. Hidup serba kekurangan, ayah dan ibu Ramadhan yang bekerja sebagai pemulung. 

Memungut sampah di sekitar permukiman warga, termasuk dekat komplek rumah tinggal mereka. Ramadhan anak bontot dari tiga bersaudara. Abang bernama Rahmad, dan kakaknya Aisyah. Karena tak mampu menyekolahkan Ramadhan ke PAUD, alhasil setiap hari dia digendong ibunya untuk mencari nafkah. 

Di usia 8 tahun, barulah Ramadhan bersekolah. Tahap awal, yakni Sekolah Dasar (SD) yang berada di dekat rumahnya. Pertumbuhan fisik Ramadhan tak seperti anak seusianya. Dia mengalami stunting, sehingga usia dengan fisiknya tak sesuai. Namun Ramadhan tak minder. Pun teman sekolah kerap mengolok-oloknya. 

Pulang sekolah, lagi-lagi Ramadhan belum bisa berleha. Dia kembali bertarung bersama ayah dan ibunya mengorek sampah. Botol plastik, almunium dan lainnya yang biasa dijual, dia pungut dari pekarangan rumah warga. Dan itu berlangsung hingga Ramadhan menginjak kelas 6 SD. 

Malah, untuk menamatkan sekolah dasar, Ramadhan harus menjalani selama 7 tahun karena dia sempat tinggal kelas. Apalagi Ramadhan bukanlah orang yang jenius. Tapi perkataan sang ayah terpatri di hatinya untuk menjadi orang yang jujur. 

Bagaimana dengan abang dan kakaknya? Untuk kedua saudaranya itu Ramadhan sedari dini tak ambil pusing. Ditambah lagi, memang sang orang tua berharap kedua saudara Ramadhan bisa bersekolah dan tamat, bahkan hingga melanjutkan ke jenjang berikutnya. Artinya, Ramadhan yang seumur jagung kerap membantu kebutuhan keluarga. 

Malah, tak jarang ayah dan ibu melarang Ramadhan untuk mencari nafkah. Lebih difokuskan belajar. Ya, itu tadi, Ramadhan tak rela melihat kedua orantuanya mencari nafkah tanpa pamrihnya. Suatu saat, Ramadhan memungut sampah di salah satu rumah komplek elit tak jauh dari rumahnya. 

Tiap dia ingin memungut sampah untuk dijadikan duit, Ramadhan pun tetap meminta izin terlebih dahulu dari si empunya rumah. Walau telah berulang kali memungut sampah di depan rumah si orang kaya, ternyata Ramadhan sempat ketiban sial. Sebab saat itu si empunya rumah bernama Berkah, kehilangan suatu baranh berharga. 

Alhasil, Ramadhan seolah jadi terduga pelaku pengambilan barang berharga itu. Karena penasaran siapa orang yang tiap hari mengutip sampah di depan rumahnya, akhirnya Pak Berkah lanom menunggu kedatangan Ramadhan. Dan seperti biasa, sebelum memungut sampah itu, Ramadhan terlebih dahulu permisi. 

Mendengar ada orang di luar pekarangan rumahnya, seketika Pak Berkah menghampiri. "Jadi selama ini kamu yang mengambil sampah di rumah saya," sergah Pak Berkah membuat Ramadhan ketar-ketir. 

"Ya, pak, saya mohon maaf kalau saya ada salah. Dan setiap hari saya telah meminta izin untuk mengambil sampah milik bapak. Dan setiap saya minta izin itu pula, ada sahutan dari dalam rumah bapak," jawab remaja lugu itu. 

Seketika Pak Berkah membalasnya. "Saya kehilangan suatu barang berharga. Kata istri saya dibuang di tong sampah ini. Apa kamu yang mengambil," tanya Pak Berkah lagi kepadanya. Ramadhan dengan polosnya cuma bisa menggelengkan kepala tanda tak tahu. 

Ternyata Pak Berkah belum puas dengan jawaban Ramadhan. Bahkan Pak Berkah mengancam ingin melaporkan Ramadhan ke polisi. "Maaf pak, saya tidak ada mengambilnya. Kalau bapak tidak percaya, silahkan datang ke rumah saya, tanyakan sama orang tua saya," sahut Ramadhan. 

Mendengar jawaban Ramadhan, pun belum meluluhkan hati Pak Berkah. Ramadhan yang kini duduk di kelas 2 SMP, namun jawabannya layaknya sudah bisa berpikir. Dari situ setiap hari Pak Berkah menyuruhnya orang lain untuk memperhatikan gerak-gerik Ramadhan ketika mengambil sampah di depan rumahnya. 

Setiap bulan Pak Berkah meminta info kepada orang suruhannya tentang Ramadhan. Hanya saja, tak ada indikasi negatif soal Ramadhan. Sampai beberapa tahun kemudian, Ramadhan telah menginjak kelas 3 SMA. Meski lulus sekolah SMA, Ramadhan masih juga bekerja sebagai pemulung. 

Di hari penentu itu ternyata sudah digariskah sang Khalik. Ramadhan yang kerap mendatangi mengorek sampah di depan rumah Pak Berkah, seketika terhentak. Suara Pak Berkah menyahut dari dalam rumahnya. 

"Sebentar, kamu! Jangan pergi dulu," pinta Pak Berkah dari dalam rumahnya. Ramadhan dengan dua karung di bahu kanannya menanti suara tersebut. "Ternyata kamu sangat jujur. Saya salut sama kamu. Mau kah kamu bekerja sama saya?" ajak Pak Berkah membuat Ramadhan terkesima. Meski begitu, Ramadhan tak langsung menerima tawaran Pak Berkah. Dia bersyukur, namun meminta waktu kepada Pak Berkah beberapa hari ke depan. 

Di malam hari, Ramadhan masih terlihat bingung. Dia pun sulit untuk tidur. Berkali-kali terbangun hingga membuat ayahnya menghampirinya. Di tengah malam itu pula Ramadhan bercerita bahwa dia diminta bekerja untuk Pak Berkah. "Kalau Ramadhan rasa bisa, ya ayah cuma mendoakan saja. Dan ayah rasa itu bagus, karena Pak Berkah langsung mengajak Ramadhan bekerja," imbuh ayahnya. 

Dua hari berselang, Ramadhan pun memberi jawaban kepada Pak Berkah. Selanjutnya Ramadhan tak lagi memungut sampah sebagai pemulung tapi disuruh menjaga toko sembako milik Pak Berkah. Sejak ditangani Ramadhan, tokoh Pak Berkah makin maju dan memiliki cabang di sejumlah wilaayah. Dengan senang hati pula putri Pak Berkah dinikahkan kepada Ramadhan. 

Dengan kondisi sekarang yang sudah berkecukupan, Ramadhan memberi dana kepada kedua orangtuanya untuk berhaji. Sedangkan abang dan kakaknya kuliah hingga tamat dan mendapatkan gelar sarjana. Ramadhan pun jadi menantu kesayangan Pak Berkah dan diberi kuasa dalam menjalankan usaha. Dua tahun menikah, Ramadhan akhirnya dikarunia seorang putra membuat bertambahnya kebahagian di hati Pak Berkah serta orangtuanya. 

Berkaca dari Ramadhan, hendaknya bisa menjadi cemeti untuk tetap jujur, rendah hati dan saling berbagi. Begitu pula di Ramadhan 2024 ini, umat manusia khususnya kaum muslimin dan muslimat menyambut kehadiran Ramadhan. Tak cuma menahan nafsu , tapi bagi yang berpuasa harus merasakan saling berbagi, senasib sepenanggungan, saling menghormati dan menjaga semua yang bersifat negatif. 

Sebab di bulan suci Ramadhan terdapat suatu malam yang mulianya lebih dari 1000 bulan. Semoga di Ramadhan ini kita semua mendapatkan pahala melimpah dari Allah SWT dan menjadi orang pilihan-NYA. Selamat Menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan 1445 H/2024. (***)