Gubernur BI Perry Warjiyo. (Foto: Istimewa)
ARN24.NEWS -- Bank Indonesia (BI) telah mencatat nilai transaksi e-commerce selama tahun 2021 mencapai Rp401 triliun. Jumlah tersebut berkembang signifikan diikuti meningkatnya ekspektasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring.
"Diperkirakan transaksi e-commerce akan mencatatkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan 2021 yakni, naik 31,2 persen mencapai Rp526 triliun," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Senin, 31 Januari 2022.
Tak hanya itu, BI mencatat nilai transaksi uang elektronik tumbuh 49,06 persen mencapai Rp305,4 triliun pada 2021 dan diproyeksikan meningkat 17,13 persen mencapai Rp357,7 triliun pada 2022.
Di samping itu, nilai transaksi digital banking tercatat meningkat tinggi 45,64 persen menjadi Rp39.841,4 triliun pada 2021 dan tahun ini diperkirakan tumbuh 24,83 persen mencapai Rp49.733,8 triliun.
“BI mencatat uang kartal yang diedarkan pada Desember 2021 meningkat sebesar 6,78 persen mencapai Rp959,8 triliun pada 2022,” jelas Perry.
Nantinya, BI akan terus mendorong inovasi sistem pembayaran, menjaga kelancaran dan keandalan sistem pembayaran, serta memperkuat koordinasi antar kementerian dan lembaga untuk memastikan ketersediaan uang rupiah beredar dengan kualitas yang terjaga.
Sementara itu, Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia bersyukur karena realisasi investasi pada keseluruhan tahun 2021 mencapai Rp 901,02 triliun atau melebihi target.
Presiden targetkan Rp900 triliun, ini artinya kita melampaui target presiden. Alhamdulillah, saya berterima kasih kepada pihak-pihak yang mendukung,” ungkap Bahlil.
Nilai investasi sepanjang 2021 menciptakan tenaga kerja sebanyak 2,7 juta. Dari capaian ini, realisasi investasi asing (PMA) sebesar Rp127,5 triliun atau tumbuh 12,5 persen dan investasi dalam negeri sebesar Rp114,1 triliun, naik 12,6 persen (year-on-year/yoy).
Bahlil menjabarkan lima besar negara dengan investasi tertinggi di Indonesia, meliputi Singapura (US$2,1 miliar); Hong Kong-China (US$1,5 miliar); AS (US$1,2 miliar); China (US$900 juta); dan Jepang (US$500 juta).