Notification

×

Iklan

Iklan

Waspada! Ini Penyakit Langka Rusaknya Paru-paru Karena Vape

Sabtu, 08 Oktober 2022 | 22:01 WIB Last Updated 2022-10-09T07:38:48Z

Ilustrasi. Pengguna vape bisa terkena popcorn lung, kondisi langka karena paru-paru yang rusak. (iStockphoto/Morsa Images)

ARN24.NEWS
– Rokok elektronik atau vape dianggap lebih minim risiko kesehatan dibandingkan rokok. Hal itu pula yang membuat orang beramai-ramai beralih menggunakan vape. Namun benarkah demikian?.


Faktanya, tidak. Vape sama berbahayanya dengan rokok. Mengutip laman Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, vape meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi langka bernama popcorn lung.


Pada dasarnya, popcorn lung adalah kondisi saluran udara di paru-paru yang mengecil hingga menyebabkan batuk dan napas pendek.


Kondisi ini disebabkan oleh bahan kimia penambah rasa diasetil. Bahan tersebut biasa ditambahkan ke dalam makanan untuk menghasilkan rasa mentega, seperti pada popcorn.


Bahan kimia ini disebut lebih berbahaya jika dipanaskan dan dihirup, sebagaimana pada vape. Menghirupnya dalam waktu lama bisa menyebabkan bronchiolitis obliterans yang dikenal juga dengan sebutan popcorn.


Mengutip laman American Lung Association, selama beberapa dekade, diasetil diketahui menjadi penyebab kematian kasus brochiolitis obliterans. Akibatnya, banyak produsen makanan yang menghilangkan diasetil dari produk mereka.


Diasetil ditambahkan ke dalam cairan vape untuk melengkapi rasa seperti vanila, apel, dan masih banyak lagi.


Studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Harvard University menemukan, 39 dari 51 merek rokok elektrik mengandung diasetil. Studi juga menemukan dua bahan kimia berbahaya yang mirip--pentanedion dan asetoin--ditemukan pada 23 dan 46 dari 51 rasa yang diuji.


Meski tak terdengar seperti ancaman, namun penyakit ini dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan bisa bertahan lama.


Mengutip Healthline, gejala popcorn lung bisa terjadi 2-8 pekan setelah terpapar. Gejalanya bisa berupa sesak napas serta batuk menerus yang bersifat progresif dan kering.


Gejala akan muncul secara teratur. Penyakit ini bersifat kronis. Ada juga sejumlah gejala lain yang ditemukan dalam beberapa kasus, di antaranya:


- flu dan demam,

- kelelahan tiba-tiba,

- penurunan berat badan,

- mengi,

- iritasi mata, kulit, mulut, atau hidung jika disebabkan oleh paparan bahan kimia. (asr)