Notification

×

Iklan

Iklan

Diduga Usai Operasi Usus Buntu, Kelamin Pasien Ini Membusuk

Sabtu, 11 Februari 2023 | 12:56 WIB Last Updated 2023-02-11T05:56:07Z

Keluarga pasien kelamin membusuk menunjukkan bukti foto dugaan malpraktik. (Ist)


ARN24.NEWS – Rumah Sakit Mohammad Hoesein (RSMH) Palembang dituding diduga melakukan malpraktik karena kelamin pasien usus buntu diduga membusuk usai dioperasi. 


Kuasa hukum keluarga CY, Muh Novel Suwa mengungkapkan, pihak keluarga menduga ada malpraktik yang dilakukan pihak rumah sakit. Peristiwa itu bermula ketika bocah berinisial CY didiagnosis menderita usus buntu, sehingga harus dioperasi di RSMH Palembang, 30 Januari 2023 lalu.


"Awalnya, CY mengeluh sakit di perut kanan bawah, dan setelah dilakukan pemeriksaan, didiagnosis awal pada ringkasan perawatan, ternyata pasien mengalami acute appendicitis atau gejala radang usus buntu dan harus dilakukan operasi," katanya.


Usai menjalani operasi, katanya, memang kondisi kesehatan CY sempat dikabarkan membaik. Sehingga pada Jumat (3/2/2023) pihak RSMH disebut menyatakan CY sudah membaik dan diperbolehkan pulang.


"Operasi pertama itu kita heran karena bekas luka tak dijahit, tapi hanya ditutup plaster saja, sehingga menyebabkan pembengkakan dan menjalar ke bagian tubuh lainnya yakni alat vital pasien," ungkapnya.


Karena keanehan itu, ia menduga jika CY merupakan korban dugaan malpraktik, dan ditangani secara asal hingga bekas operasi tidak dijahit, melainkan hanya ditutup plaster.


Senentara, pihak RSMH Palembang buka suara soal masalah itu. Wakil Direktur Pelayanan Medik, Keperawatan dan Penunjang RSMH Palembang, Marta Hendry pun mengklaim, penanganan medis terhadap pasien CY (14) sudah sesuai prosedur. Dia menyebut, masalah itu hanya miskomunikasi.


"Jadi kita jelaskan ya, sepertinya kalau saya tangkap ini hanya miskomunikasi saja. Pada saat operasi pertama terhadap pasien, pihak keluarga telah kita jelaskan bahwa akan ada risiko yang kemungkinan terjadi, karena pasien sudah telat selama tiga hari untuk menjalani operasi usus buntu yang pertama itu," kata Marta dilansir detikSumut, Sabtu (11/2/2023).


Kemudian, katanya, pihak keluarga pun tetap menyetujui terhadap pasien dilakukan operasi yang pertama. Operasi pun, katanya, berjalan dengan lancar.


Setelah operasi, pihak keluarga juga sudah diberitahu jika ada kemungkinan-kemungkinan tak terduga pasca operasi. Pada hari ketiga pasca operasi, karena kondisi CY dinilai baik-baik saja, maka pasien diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya.


"Lalu kemudian kenapa itu ada nanah? Nah, ini yang perlu kita tahu, itu karena sisa-sisa operasi dan di bagian luar perut juga sudah dibalut kan dengan kain kasa khusus, memang tidak dijahit, kalau dijahit malah kita malpraktik. Tidak ada membusuk, itu pembengkakan," ungkapnya.


"Karena memang, sebelum operasi pasien sudah ada peradangan dan telah dibawa keluarganya ke rumah sakit. Kenapa bagian luar tak di jahit dan hanya dalamnya saja? Memang SOP-nya seperti itu karena nanti yang bagian luar itu akan menyatu dengan sendirinya, makanya dibalut dengan kasa khusus. Kita juga sudah berikan antibiotik yang bagus agar kulit bagian luarnya dapat menyatu kembali," terangnya.


Selanjutnya, kata dia, hari ke enam pasien kembali di bawa keluarga karena bagian tersebut kembali infeksi dan mengeluarkan nanah, dan diarahkan ke UGD. Setelah diperiksa, ternyata kemungkinan infeksi yang sebelumnya pernah disampaikan, memang terjadi.


Lalu, dilakukanlah operasi yang kedua. Operasi kedua berhasil, dan hingga saat ini pasien masih dirawat seperti pasien lainnya di kamar rawat inap.


"Jadi kalau dibilang sampai bengkak ke bagian vital pasien, secara medis itu hal yang biasa, jadi keluarga tak perlu khawatir, karena pembengkakan itu efek dari operasi menyatukan bagian dalamnya, bengkak itu juga akan hilang terserap dengan sendirinya. Kalau soal nanah itu kan kita sudah bilang dari awal ke keluarga pasien ada kemungkinan tersebut, dari awal sudah ada peradangan, karena terlambat dibawa ke rumah sakit," bebernya.


Dia juga mengatakan, pihak RSMH tidak ada membedakan pelayanan ke pasien umum ataupun pasien BPJS. Menurutnya pelayanan yang diberikan terhadap CY itu sudah maksimal sesuai dengan SOP yang ada di RSMH, sama seperti pasien lainnya. Terlebih, lanjutnya, ibu CY sendiri merupakan pegawai atau pramubakti di RS tersebut.


"Boleh dicek sendiri pelayanan yang kita berikan ke pasien tak ada yang dibeda-bedakan, mau itu umum atau BPJS, bagi kita semuanya harus dilayani dengan baik. Kan ibu pasien ini pramubakti kita, dia kerja di sini, nggak mungkin kan kita memberikan pelayanan asal-asalan, apalagi terhadap keluarganya pegawai kita sendiri. Semuanya sama, dan dilayani dengan cara yang sama, tak ada beda," jelasnya. (dts)