Notification

×

Iklan

Iklan

Sosok Taipan Charlem Yoovidhya, Raja Minuman Berenergi Dunia Berharta Rp406 T

Minggu, 12 Maret 2023 | 10:31 WIB Last Updated 2023-03-12T03:31:43Z

Chalerm Yoovidhya adalah pewaris bisnis Kratingdaeng (Red Bull) yang menjadikannya orang terkaya kedua di Thailand dengan total harta US$26,4 miliar. (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)

ARN24.NEWS
– Siapa tak kenal Kratingdaeng, minuman energi terlaris di dunia yang bikin stamina jreng? Di Eropa dan Amerika, produk minuman penambah stamina ini dikenal dengan nama Red Bull.


Mereknya masyhur lantaran kerap menjadi sponsor utama ajang olahraga hingga musik. Meski produknya dikenal seluruh dunia, tak banyak yang tahu siapa pemilik bisnis minuman tersebut.


Ialah Chalerm Yoovidhya. Sebenarnya, ia merupakan generasi kedua dalam bisnis ini. Forbes mencatat kekayaan bersihnya mencapai US$26,4 miliar atau setara Rp406,5 triliun, jika memakai asumsi kurs Rp15.400 per dolar AS.


Pundi-pundi ini menempatkan Chalerm sebagai orang terkaya kedua di Thailand, setelah keluarga Chearavanont yang memiliki Charoen Pokphand Group.


Chalerm lahir pada 2 April 1950 di Bangkok, Thailand. Ia anak kedua Chaleo Yoovidhya, pendiri TC Pharmaceuticals (TCP Group) yang memproduksi Kratingdaeng.


Chaleo wafat pada 2012. Tongkat bisnisnya diserahkan kepada putra-putranya. Chalerm menjadi pewaris yang mendapatkan porsi saham terbanyak di perusahaan.


Jauh sebelum menjadi pewaris saham, Chalerm memang sudah lama membantu bisnis orang tuanya. Ia memulai karir di perusahaan ayahnya pada awal 1980-an sebagai manajer umum.


Posisinya naik menjadi wakil presiden eksekutif dan kemudian menjabat sebagai presiden perusahaan dari 2000 hingga 2008. Selepas itu, Chalerm menjadi salah satu direktur sekaligus pengendali saham utama perusahaan.


Ia punya berbagai keran bisnis untuk mengisi pundi-pundi kekayaannya. Yang utama, tentu dari TCP Group, konglomerasi bisnis yang bergerak di berbagai sektor antara lain minuman, farmasi, makanan dan properti.


Chalerm pun tercatat sebagai salah satu pemilik Asia Pacific Glass (APG). Ini adalah perusahaan manufaktur kaca terkemuka di Asia, yang memproduksi berbagai jenis kaca untuk berbagai kebutuhan seperti untuk otomotif dan elektronik.


Ia juga merambah bisnis pertanian dan peternakan melalui Chalerm Phra Kiat Group. Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan susu, pemotongan daging serta pengolahan buah-buahan.


Pernah dengar bir Boon Rawd Brewery? Nah, Chalerm juga memiliki saham perusahaan produsen bir nomor wahid Thailand ini.


Selain bisnis-bisnis tersebut, ia juga berinvestasi di berbagai perusahaan lain dan memiliki beragam properti yang tersebar di tanah kelahirannya, Amerika Serikat hingga Inggris.


Tak seperti crazy rich lainnya, ia menghindari sorotan publik baik untuk urusan bisnis maupun pribadinya. Sikap tertutup ini nampaknya diwariskan mendiang ayahnya, yang tak pernah mau menerima tawaran wawancara media selama ia hidup.


Perilaku Chalerm juga tidak neko-neko. Ia relatif bersih dari skandal, meski tidak sama sekali nol kasus. Nama Chalerm pernah muncul dalam laporan Panama Papers.


Dalam laporan itu, ia disebut sebagai salah satu pemilik perusahaan anonim di Panama yang bernama The Honour Worldwide Co., Ltd. Panama Papers mengungkapkan perusahaan tersebut didirikan pada 2006 oleh firma hukum Mossack Fonseca, untuk mengelola aset keluarga Yoovidhya.


Saat laporan tersebut muncul, Chalerm enggan memberikan tanggapan publik.


Sebenarnya, kepemilikan perusahaan cangkang di negara-negara surga pajak seperti Panama, tidak illegal. Namun, perusahaan cangkang semacam itu kerap digunakan untuk menyembunyikan kekayaan atau melakukan aktivitas keuangan yang melanggar hukum.


Di luar aktivitas bisnis, Chalerm dikenal sebagai penderma. Ia banyak mendanai program-program kesehatan dan pendidikan.


Pada 1976, Chaleo Yoovidhya mendirikan perusahaan minuman energi Kratingdaeng di Thailand di bawah bendera bisnis, TC Pharmaceuticals (TCP).


Nama Kratingdaeng diambil dari bahasa lokal, krating daeng, yang berarti banteng merah. Logo di kemasannya menampilkan dua banteng, yang menjadi simbol kekuatan. Banteng itu diberi warna merah yang menjadi lambang ketahanan.


Minuman ini berasal dari racikan bahan-bahan herbal tradisional Thailand. Target pasar Kratingdaeng adalah sopir-sopir truk dan para pekerja kerah biru yang memang membutuhkan minuman penambah stamina.


Lalu di awal 1980-an, ia bertemu Dietrich Mateschitz, warga negara Austria, yang kelak menjadi rekan bisnisnya.


Mateschitz merupakan orang marketing yang tengah mengunjungi Thailand kala itu. Ia mencoba Kratingdaeng sebagai penghilang jetlag setelah menempuh perjalanan udara yang melelahkan. Ternyata, Mateschitz suka minuman tersebut dan mulai mencari tahu.


Setelah menemukan Chaleo, keduanya bersepakat mengembangkan bisnis bersama. Melebarkan sayap Kratingdaeng ke level global dengan nama Red Bull.


Pada 1987, Red Bull pertama kali rilis di Austria dan mulai menyebar ke Eropa dan Amerika Serikat, lalu seluruh dunia.


Pada 1991, minuman energi ini masuk ke Indonesia dengan merek Kratingdaeng. Lalu, pada 1996, Kratingdaeng membangun pabrik di Sukabumi, Jawa Barat.


Layaknya banteng yang bersemangat menyeruduk lawan, tanduk Red Bull mendobrak satu persatu pintu negara tujuan pasarnya.


Kini, Kratingdaeng dipasarkan di lebih dari 170 negara. Di luar negeri, produk dinamai Red Bull biar terasa lebih internasional. Biasanya, pasar Eropa dan Amerika yang memakai merek Red Bull. Sementara, nama Kratingdaeng dipakai di negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia.


Dominasi Kratingdaeng aka Red Bull dalam menguasai pasar tak terbantahkan. Pada 2019, perusahaan ini menjual lebih dari 7,5 miliar kaleng di seluruh dunia. Jika dihitung dari awal berdiri, Si Banteng Merah ini telah diminum lebih dari 82 miliar kaleng.


Pada 2021, pendapatan global Red Bull mencapai USS7,9 miliar.


Sebagai produsen minuman energi paling sukses di dunia, Kratingdaeng kerap terlibat sebagai sponsor ajang balap, olahraga ekstrem hingga festival musik.


Kegiatan pendanaan ini dipercaya sebagai strategi branding agar ikon Red Bull sebagai minuman yang bikin stamina jreng melekat di masyarakat.


Wajar saja, satu kaleng Kratingdaeng mengandung kafein yang diklaim bisa membuat mata melek dan memacu adrenalin. (pta/sfr)