
Lapas Kelas IIA Bagansiapiapi menggelar Program Pengentasan Buta Aksara kepada warga binaan. (Foto: Lapas Kelas IIA Bagansiapiapi)
ARN24.NEWS - Di balik tembok tinggi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bagansiapiapi, sebuah perjuangan sunyi namun penuh makna tengah berlangsung. Senin (29/12), suasana ruang belajar tampak berbeda dari biasanya.
Tak terdengar denting jeruji atau hiruk-pikuk lapas, melainkan suara lirih namun penuh tekad para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang mengeja huruf demi huruf.
“A… ba… ca…”
Bagi sebagian orang, membaca adalah kemampuan yang dianggap sepele. Namun bagi belasan WBP di ruangan itu, setiap huruf adalah pintu yang baru saja terbuka.
Program Pengentasan Buta Aksara yang dijalankan Lapas Kelas IIA Bagansiapiapi bukan sekadar kewajiban administratif, melainkan ikhtiar memulihkan martabat manusia.
Dengan kemampuan membaca dan menulis, para WBP tidak lagi sepenuhnya bergantung pada orang lain, baik untuk memahami putusan hukum, mengikuti jadwal pembinaan, maupun menuliskan kerinduan kepada keluarga di rumah.
Rendahnya tingkat literasi kerap menjadi akar persoalan sosial. Melalui pendidikan dasar baca-tulis, lapas membekali WBP dengan bekal penting untuk menata kehidupan yang lebih baik setelah bebas kelak.
Literasi menumbuhkan kepercayaan diri, membuka wawasan, dan menghadirkan harapan baru. Dari rasa rendah diri karena “gelap huruf”, kini tumbuh keberanian untuk bermimpi melalui lembar demi lembar buku.
Meski dihadapkan pada tantangan keterbatasan ruang dan sarana, semangat belajar tak pernah surut. Di sela-sela kesibukan, para petugas pembinaan berperan sebagai pendidik, dengan sabar menuntun tangan-tangan yang terbiasa bekerja keras agar kini mampu menggenggam pena dengan percaya diri.
Setiap kata yang berhasil dirangkai adalah satu langkah menjauh dari masa lalu yang kelam. Setiap kalimat yang mampu dibaca adalah satu gerendel masa depan yang mulai terbuka.
Pesan untuk kita semua, pendidikan adalah hak asasi yang tidak gugur oleh jeruji besi. Program ini menjadi bukti bahwa lapas bukan semata tempat menjalani hukuman, melainkan juga lembaga pendidikan kehidupan.
Mari kita dukung langkah kecil mereka. Sebab literasi adalah jembatan menuju kebebasan yang sesungguhnya kebebasan dari kebodohan, keterbatasan, dan putus asa.
"Satu huruf yang dipelajari hari ini, adalah satu cahaya yang akan menerangi jalan pulang mereka esok hari.” (ril)











