Notification

×

Iklan

Iklan

Lirik Lagunya Dianggap Sarat dengan Konotasi Seksual, Band K-pop 'NewJeans' Dikecam

Kamis, 15 September 2022 | 13:09 WIB Last Updated 2022-09-15T06:11:04Z

Grup remaja perempuan terbaru di kancah K-pop di Korea Selatan NewJeans, telah memicu kemarahan karena lirik lagu mereka dianggap sarat dengan konotasi seksual. (Foto: Istimewa)


ARN24.NEWS -- Grup remaja perempuan terbaru di kancah K-pop di Korea Selatan NewJeans, telah memicu kemarahan karena lirik lagu mereka dianggap sarat dengan konotasi seksual. Grup beranggotakan lima orang ini meluncurkan album debut mereka pada 1 Agustus lalu.


Ketika albumnya muncul. Reaksi awalnya sebagian besar positif, dengan video musik untuk single "Attention" memuncaki layanan streaming musik dan ditonton lebih dari 18 juta kali sebelum akhir Agustus


Tapi tidak lama, perhatian beralih ke lirik lagu "Cookie," yang ditulis dalam campuran bahasa Korea dan Inggris. Antara lain teks yang kurang lebih berarti: "Lihatlah cookie saya. Aromanya berbeda. Cicipi. Satu gigitan tidak akan cukup."


Lirik lagu menyulut kontroversi

Sementara lirik lagu itu mungkin biasa saja jika dinyanyikan oleh bintang pop Barat, NewJeans dikritik karena anggotanya terdiri dari para remaja muda. Anggota tertua band beranggotakan lima gadis muda ini berusia 18 tahun, sedangkan yang termuda 14 tahun.


Sebuah artikel di koran The Korea Herald menulis, "Metafora sugestif yang melibatkan ''cookie" dan cinta mungkin tidak tampak aneh, tetapi dibawakan oleh gadis-gadis di bawah umur mengubah seluruh konteks, menurut kritik yang mengecam lagu tersebut karena tidak sesuai dengan usia."


Sedangkan komentar netizen di bawah video lagu itu di YouTube antara lain berbunyi: "Mereka sangat berbakat ... mereka seharusnya menunggu beberapa tahun untuk membawakan lagu dengan lirik ini." Komentar lain berbunyi: "Makna sebenarnya dari lagu ini terlalu dewasa untuk usia mereka. Label tahu persis apa yang [mereka] lakukan."


Agensi band ADOR membela lagu tersebut, mengklaim dalam sebuah pernyataan di situs internetnya bahwa lagu tersebut dibuat untuk para penggemar "dengan ketulusan yang sama seperti ketika membuat kue."


Hanya 'salah tafsir'?

Jungmin Kwon, profesor di Universitas Portland di AS, yang berspesialisasi dalam budaya populer Asia Timur, mengatakan memang benar bahwa penggunaan istilah bahasa Inggris ''cookie" dalam lirik lagu Korea dapat mengaburkan konotasi, tetapi dia menolak klaim ADOR bahwa "cookie" sama sekali tidak bermasalah.


"Sejujurnya, argumen ini tidak terlalu valid karena setiap kata bisa ditafsirkan berbeda tergantung bagaimana kata itu digunakan dalam sebuah kalimat, paragraf, atau keseluruhan bagian,” katanya. "Alur dan konteks lirik bahasa Inggris 'Cookie' dan penggunaan kata-kata tertentu lainnya, seperti 'sprinkle,' dapat dikonsumsi dengan cara yang tidak dimaksudkan."


"Saya setuju dengan mereka yang prihatin dengan lirik yang dinyanyikan oleh anak di bawah umur," katanya kepada DW.


"Meskipun ADOR mungkin tidak pernah bermaksud demikian, mereka perlu mendengarkan konsumen mereka ketika sejumlah besar audiens mengungkapkan keprihatinan yang sama," tambahnya.


Lirik dan gambar dengan nada seksual telah lama menjadi bagian dari budaya musik Korea, seperti halnya di negara-negara lain, katanya.


David Tizzard, asisten profesor pendidikan di Universitas Permepuan Seoul dan kolumnis untuk harian Korea yang berfokus pada urusan sosial. mengatakan itu menjadi bermasalah ketika anak di bawah umur diharuskan menyanyikan lirik yang ditulis oleh orang dewasa di agensi manajemen mereka.


"Jika ini adalah kata-kata yang ditulis oleh penyanyi berusia 14 tahun, maka banyak orang akan memuji dan mengatakan bahwa dia kreatif dan mengekspresikan dirinya," katanya kepada DW.


"Masalahnya bukan pada kontennya, tetapi lebih pada bagaimana K-pop menggunakan penyanyi untuk menjual produk dengan citra semacam ini. Ini bukan lagunya; ini bagaimana industri menggunakannya sebagai komodit," pungkasnya. (tmp/rfn)