Notification

×

Iklan

Iklan

Ini Cerita Suporter Arema Asal Jember yang Selamat dari Tragedi Stadion Kanjuruhan

Senin, 03 Oktober 2022 | 13:29 WIB Last Updated 2022-10-03T06:29:59Z

Theo Bhelva, salah satu Aremania Jember yang selamat dalam Tragedi Kanjuruhan. (Foto: detikJatim)

ARN24.NEWS
– Pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya menyisakan tangisan mendalam. Bagaimana tidak, 125 orang tewas akibat insiden di Stadion Kanjuruhan Malang tempat pertandingan itu berlangsung.


Warga asal Jember, Theo Bhelva menceritakan dirinya bisa lolos dari tragedi tersebut. Theo mengaku awalnya datang ke Malang bukan untuk menonton pertandingan sepakbola, tapi menonton konser musik.


"Saya awal berangkat ke Malang itu niatnya hanya nonton konser musik. Ada sejumlah artis dan Mahalini. Saya berangkat Kamis malam kemarin," ujarnya dilansir detikJatim, Senin (3/10/2022).


Akan tetapi jiwa atau naluri sebagai Aremania-julukan pendukung Arema FC muncul begitu tahu saat dia di Malang ada pertandingan derby Jawa Timur antara Arema FC Vs Persebaya Surabaya.


"Nah tahu kalau ada Arema FC bertanding lawan Persebaya, saat melihat medsos. Sebagai Aremania juga, saya ingin menonton," kisahnya.


Theo yang sudah mengerti akan rivalitas Arema FC dan Persebaya Surabaya sudah memprediksi akan terjadi sesuatu setelah pertandingan. Sebab, menurutnya dia usai pertandingan kedua tim, biasanya akan ada kericuhan antar suporter. Hanya saja yang terjadi kemarin di luar ekspektasinya.


"Biasanya kan ada kericuhan, hal wajar menurut saya. Apalagi saya Aremania sejak kecil sampai SMP di Malang. Baru SMA saya pindah sekolah ke Jember. Kalau melawan Persebaya biasanya ada bentrok-bentrok, tapi wajarlah," ujarnya.


Karena hal itu lah, dia memilih untuk menonton pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya dari tribun VIP. Dia pun meminta temannya yang turut menonton pertandingan mencarikan tiket untuk tribun VIP.


"Ingin saya di tribun VIP. Tapi karena tiketnya tidak dapat. Adanya VVIP ya sudah saya beli. Apalagi saya beli tiketnya tanya ke teman dan posisi sudah di Stadion. Saat saya di dalam, di tribun ekonomi sudah banyak penonton," jelasnya.


Dalam laga itu, Arema FC tertinggal satu gol dari Persebaya. Posisi skor adalah 2-3 untuk keunggulan Persebaya.


"Jelang akhir pertandingan (babak kedua), menit ke 50 mungkin. Arema tertinggal satu gol. Skor akhir 2-3 unggul Persebaya. Skor itu bertahan sampai akhir pertandingan," katanya.


Saat itulah ada sejumlah suporter yang masuk lapangan. Jumlahnya makin lama makin banyak.


"Sepertinya ingin menyampaikan ke manajemen, kenapa permainan bola kurang bagus. Setelah itu satu persatu sejumlah penonton berusaha menuju tengah lapangan. Tapi itu nggak sampai ricuh maupun bentuk penyerangan terhadap pemain," ujarnya menambahkan.


Saat itu, para pemain dan official dari tim Arema FC maupun Persebaya, masuk ke dalam ruang ganti. "Setelah itu, kemudian ada aparat polisi atau TNI ikut masuk ke lapangan. Mungkin bermaksud membubarkan (penonton) yang masuk ke lapangan. Terus saya lihat seperti ricuh untuk disuruh bubar. Tapi penyebabnya apa tidak tahu, saya lihat dari atas (tribun VVIP)," ungkapnya.


Tidak lama kemudian, lanjutnya, ada penembakan gas air mata yang dilakukan petugas ke tengah lapangan. Sebagian penonton yang di lapangan membubarkan diri.


"Tapi tidak semuanya bubar. Tidak lama setelah itu, ada tembakan (gas air mata) yang dilakukan aparat ke arah tribun. Nah, pemicunya apa juga saya tidak tahu," ucapnya.


Sontak tembakan ke arah tribun tersebut, kata Theo, menyebabkan banyak penonton di tribun berusaha menghindar dan membubarkan diri. Situasi pun mulai panik.


"Yang saya lihat, tembakan gas air mata itu ke arah tribun. Kalau tidak salah gate 2, 3, 4. Kemudian gate di bawah skor. Juga di gate 13, dan 14. Situasinya saat itu semburat (kocar-kacir) para penonton. Apalagi asap dari gas air mata itu semakin banyak (mengepul). Posisi saya di VVIP, jadi gas air mata itu tidak ditembakkan di arah tempat saya. Apalagi ada tamu undangan," ulasnya.


Theo menambahkan, dirinya baru merasakan perihnya asap dari gas air mata setelah ada hembusan angin yang mengarah ke tribun VVIP, tempat dia menonton.


"Nah saat itu, yang saya rasakan perih di mata dan karena tidak kuat sesak napas, kemudian saya keluar (stadion), berusaha menyelamatkan diri. Alhamdulillah saya dapat keluar, karena kondisi penonton tidak terlalu crowded (padat). Karena (tribun VVIP) kuotanya terbatas," ucapnya.


"Setelah keluar lapangan (stadion), saya (bersama penonton lain) dikawal polisi, kemudian diinstruksikan bagi (penonton) perempuan dan yang bawa anak kecil untuk lekas menjauh (dari sekitar stadion). Saya dengan teman saya keluar dan menjauh," pungkasnya. (dtc/net)