Notification

×

Iklan

Iklan

Warning!!! 6 Balita di Sumut Meninggal Gegara Ginjal Akut

Rabu, 19 Oktober 2022 | 11:17 WIB Last Updated 2022-10-19T04:17:25Z

ARN24.NEWS --
Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumatera Utara lakukan kordinasi dengan RSUPH Adam Malik, Kota Medan untuk melakukan langkah-langkah kedepannya dalam penanganan gejala ginjal akut. Karena, 6 balita di Sumut meninggal akibat penyakit tersebut.

"Tapi, pastinya tadi saya sudah suruh dokter Sari (anggotanya) minta laparon (data) RS Adam Malik," sebut Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Sumut, Ismail Lubis kepada wartawan, Selasa (18/10/2022).

Ismail mengungkapkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum mengetahui persis penyebab atau faktor terjadi ginjal akut dialami bayi dibawah lima tahun itu.

"Ini kan penyebabnya belum tau, katanya masalah obat, makan obat kan. Karena, semua obat itu cucinya kan diginjal pembersihan. Tapi ini, belum pasti masih dianalisa, makanya itu," sebut Ismail.

Ismail mengatakan berdasarkan data Kemenkes bahwa penyakit ginjal akut usia 18 tahun ke bawah. Namun, fakta ditemukan balita berusia 1 hingga 5 tahun.

"Sedang kita analisa, tadi saya arahkan tim kita mengambil By name by adres kita analisa, (untuk analisis) apa penyebabnya," jelas Ismail. 

Dari data tersebut, Ismail menjelaskan pihak Dinkes Sumut melakukan analisis untuk mengetahui lingkungan pasien ginjal akut meninggal dunia tersebut.

"Dari situ nanti bisa diketahui, misalnya apakah dia tinggal dilokasi tambang atau sebagainya. Itu kan kita belum tau, Kita saat ini kita sedang mencari tau juga," kata Ismail.

Antara Dinkes Sumut dan RSUPH Adam Malik, Kota Medan tidak berkordinasi. Sehingga Ismail baru mengetahui ada 6 balita dirawat karena sakit ginjal akut meninggal dunia di rumah sakit milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

"Karena, saya juga baru dapat info satu atau dua hari ini. Karena RSUPH Adam Malik sendiri tidak melaporkan ini ke Dinkes Sumut," tutur Ismail.

Ismail juga mengingatkan orang tua, bila anaknya sakit jangan terus diberikan antibiotik atau semacam obat penurun panas. Namun, harus terlebih dahulu harus konsultasilah ke dokter atau tenaga kesehatan.

"Mengkonsumsi obat itu, kalau kita tahu itu karena obat, mengkonsumsi obat itu harus pakai aturan, resep dokter, bukan sembarang makan obat, kalau memang itu karena pengaruh obat. Kedua, ketika kita mengkonsumsi obat. Obat itu punya kristal, setelah dikonsumsi maka banyak lah minum, setelah mengkonsumsi. Itu aja hal-hal dasar yang sudah kita edukasi," tutur Ismail. (saze/edt)