Notification

×

Iklan

Iklan

Apa itu Resesi? Ini Pengertian, Penyebab, dan Contohnya

Sabtu, 30 Juli 2022 | 15:59 WIB Last Updated 2022-07-30T08:59:49Z

Ilustrasi. Resesi adalah istilah dalam ekonomi yang sering disebut sejak pandemi COVID-19 melanda. Resesi ekonomi menjadi hal yang ditakuti banyak negara di seluruh dunia termasuk Indonesia.

ARN24.NEWS
-- Amerika Serikat (AS) disebut secara teknis telah memasuki masa resesi. Hal itu dikemukakan oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani, Jumat (29/7/2022).


"Pagi ini membaca (berita) AS negatif growth di kuartal II, technically masuk resesi," ujar Sri Mulyani, dikutip dari Kompas.com, (29/7/2022).


Sebagaimana diberitakan, pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II-2022 tercatat minus 0,9 persen. Hal ini melanjutkan kontraksi kuartal I-2022 sebesar minus 1,6 persen.


Secara umum, definisi resesi adalah istilah dalam ekonomi yang sering disebut sejak pandemi COVID-19 melanda. Resesi ekonomi menjadi hal yang ditakuti banyak negara di seluruh dunia termasuk Indonesia.


Dalam laporan CNN Indonesia pada 15 Juli 2022, ada beberapa negara yang terancam masuk resesi ekonomi yakni China, Jepang, Mongolia, Korea Selatan, Indonesia, dan negara-negara di Eropa. Terbaru, disebutkan jika Amerika Serikat dilanda resesi.


Pengertian Resesi Ekonomi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti) atau menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri).


Sedangkan mengutip dari CNBC Indonesia, resesi ekonomi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu stagnan dan lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.


Resesi ekonomi bisa memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran, hingga kebangkrutan ekonomi.


Penyebab Resesi Ekonomi

Melansir laman Business Insider dan CNBC Indonesia, terdapat lima penyebab resesi, yakni:


1. Guncangan Ekonomi

Disebabkan oleh peristiwa tak terduga yang mengganggu ekonomi secara luas, seperti bencana alam atau serangan teroris. Misal kondisi pandemi COVID-19 yang melanda dunia.


2. Inflasi

Inflasi adalah kondisi naiknya harga barang dan jasa selama periode tertentu. Inflasi yang berlebihan akan menimbulkan daya beli masyarakat melemah dan menurunnya produksi barang dan jasa.


Inflasi ekonomi sangat berbahaya karena akan memicu pengangguran, kemiskinan, dan berujung pada resesi.


3. Suku Bunga Tinggi

Inflasi yang tinggi juga akan membuat bank sentral menaikkan suku bunganya. Suku bunga yang tinggi ini berfungsi untuk melindungi nilai mata uang. Jika terjadi secara besar-besaran, perbankan bisa kolaps.


4. Deflasi


Selain inflasi, deflasi juga bisa menyebabkan resesi ekonomi. Deflasi ditandai dengan turunnya harga barang atau jasa.


Sekilas deflasi bisa meningkatkan daya beli masyarakat, namun jika terjadi berlebihan akan merugikan penyedia barang dan jasa.


5. Gelembung aset


Gelembung aset adalah fenomena yang terjadi di pasar saham dan properti. Dalam hal ini, jika ada investor yang mengambil keputusan gegabah, maka bisa merusak pasar.


6. Perkembangan Teknologi


Secara tidak langsung, melesatnya perkembangan teknologi juga bisa menyebabkan resesi. Misal adanya Artificial Intelligence (AI) dan robot akan menggantikan banyak pekerjaan manusia.


Jika ini terjadi secara masal dan tidak terkendali, maka banyak pekerja yang berpotensi menjadi pengangguran.


Contoh Resesi Ekonomi

Contoh resesi ekonomi bisa dilihat dari krisis yang menimpa Indonesia pada tahun 1998. Saat itu, krisis mata uang di beberapa negara Asia menjalar ke Indonesia.


Akibatnya pondasi perekonomian nasional rapuh dan mengalami pertumbuhan yang minus. Inflasi Indonesia melonjak hingga 77% sementara ekonomi terkontraksi 13,7% lebih.


Krisis tersebut kemudian menjadi pemicu runtuhnya kekuasaan Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun di Indonesia.


Selain itu, ada juga contoh lain resesi ekonomi pada tahun 2020 di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami minus pada dua kuartal berturut-turut.


Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 minus 5,32%, kemudian pada kuartal III-2020 pertumbuhan ekonomi juga minus 3,49%. Hal itu membuat Indonesia dinyatakan mengalami resesi. (dtc/net)