Notification

×

Iklan

Iklan

Aktif Latih Guru Selama Pandemi, Wabup di Sumut Diganjar API IGI 2022

Minggu, 18 September 2022 | 17:11 WIB Last Updated 2022-09-18T10:11:54Z

Ketua Umum IGI, Dana Hidayatullah menyerahkan Anugerah Pendidikan Indonesia Ikatan Guru Indonesia 2022 kepada Wakil Bupati Pakpak Bharat, Mutsyuhito Solin di Jakarta Convention Centre. (Foto: Istimewa)

ARN24.NEWS
– Wakil Bupati Pakpak Bharat, Sumatera Utara (Sumut), Mutsyuhito Solin dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menerima Anugerah Pendidikan Indonesia Ikatan Guru Indonesia (API IGI) 2022. Penghargaan ini diberikan oleh Pengurus Pusat Ikatan Guru Indonesia (IGI) kepada 37 orang tokoh pendidikan, pejabat publik, politisi, agamawan dan tokoh masyarakat se Indonesia yang berkontribusi besar kepada dunia pendidikan. 


Penghargaan diberikan pada Kamis, 15 September 2022 lalu di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta. Mutsyuhito menjadi satu-satunya kepala daerah dari Sumut yang menerima API IGI di tahun 2022. 


"Kami mengusulkan Bapak Mutsyuhito Solin karena komitmen nyata beliau untuk mendukung guru menyelenggarakan pembelajaran di masa pandemi Covid-19," terang Ketua IGI Wilayah Sumut Dewi Sri Indriati Kusuma di Medan dalam siaran pers diterima redaksi, Minggu (18/9/2022).


Lebih lanjut Dewi mengatakan, pandemi Covid-19 telah memberikan tantangan berat kepada guru. Seiring penutupan sekolah, guru dituntut mampu menjalankan pembelajaran jarak jauh (PJJ) secara efektif. Kegagalan dalam menjalankan PJJ berdampak kepada hilangnya kemampuan belajar siswa (learning loss). Guru perlu dilatih dan didampingi agar mampu menghadapi situasi darurat ini. 


"Selama masa pandemi, Bapak Mutsyuhito dan IGI bekerja sama melatih guru-guru Pakpak Bharat untuk menyusun materi dan menjalankan strategi PJJ baik secara daring dan tatap muka," tambahnya.


Ketua IGI Daerah Pakpak Bharat Nurlaila Solin mengatakan tantangan PJJ di Pakpak Bharat jauh lebih kompleks dibandingkan daerah lain di Sumut. Hal itu disebabkan kondisi alam Pakpak Barat yang bergunung, dan memiliki keterbatasan infrastruktur seperti minimnya akses kepada listrik dan internet. 


Akibatnya hanya 25-30 persen siswa Pakpak Bharat yang bisa mengikuti PJJ secara daring. Sisanya harus belajar di luar jaringan (luring). Guru harus mendatangi rumah orangtua siswa satu persatu agar anak-anak ini bisa ikut belajar. 


“Situasi seperti ini tidak pernah dihadapi guru-guru Pakpak Bharat sebelumnya, sehingga wajar sekali kalau mereka kebingungan di awal-awal pandemi. Disinilah pentingnya pelatihan dan pendampingan diberikan kepada guru. Hanya dengan adanya pelatihan dan pendampingan, guru mampu menjalankan PJJ sesuai kondisi Pakpak Bharat,” tuturnya.


Secara terpisah dihubungi, Mutsyuhito mengatakan keberhasilan belajar siswa dalam pendidikan sangat dipengaruhi oleh guru dan siswa itu sendiri. Mengutip studi yang dilakukan Profesor John Hattie dari University of Auckland (2014), Ia menyebut peran dan kualitas guru berkontribusi sebesar 30 persen kepada prestasi belajar siswa. Sedangkan 49 persen dari keberhasilan siswa dipengaruhi oleh karakter siswa itu sendiri. Sekolah, rumah, dan lingkungan hanya berkontribusi masing-masing 7 persen. 


"Artinya semakin baik mutu guru kita, maka akan semakin baik pula mutu lulusan pendidikan kita," terangnya.


Studi Bank Dunia berjudul Rewrite the Future: How Indonesia’s Education System Can Overcome The Losses From the Covid-19 Pandemic and Raise Learning Outcomes For All (2021) memperkirakan penurunan hasil pembelajaran siswa Indonesia akibat pandemi Covid-19 mencapai 0,9 sampai 1,2 tahun pembelajaran. 


Padahal, sebelum pandemi saja, lama bersekolah siswa Indonesia hanya rata-rata 12,4 tahun (setara kelas 3 SMA/SMK) dengan rata-rata kemampuan belajar sebesar 7,8 tahun pembelajaran (setara kelas 2 SMP). Akibat pandemi, kemampuan belajar siswa Indonesia mengalami penurunan menjadi setara antara kelas 6 SD sampai kelas 1 SMP. (sh)