Notification

×

Iklan

Iklan

Ahli Sukses Hidupkan Virus Usia 50 Ribu Tahun yang Ancam Kehidupan

Minggu, 27 November 2022 | 23:48 WIB Last Updated 2022-11-27T16:48:04Z

Ilustrasi. Peneliti menghidupkan kembali virus berusia 50 ribu tahun. (Foto: iStock/appledesign)

ARN24.NEWS
– Ilmuwan dari Pusat Penelitian Ilmiah Perancis tengah mempelajari kemunculan mikroba baru dengan menghidupkan kembali sejumlah virus dari daratan beku atau permafrost di Siberia. Salah satu virus tersebut bahkan diperkirakan telah berusia hampir 50 ribu tahun.


Penelitian itu dilakukan seiring dengan pemanasan global yang menyebabkan daratan beku itu mencair hingga menghidupkan kembali berbagai mikroba yang selama ini membeku.


"Seperempat belahan Bumi utara ditopang oleh tanah beku permanen, yang disebut permafrost," tulis para peneliti dalam makalah mereka, seperti diberitakan Science Alert.


"Karena pemanasan global, permafrost yang mencair secara permanen melepaskan bahan organik yang membeku hingga jutaan tahun, yang sebagian besar terurai menjadi karbon dioksida dan metana," lanjutnya.


Jean-Marie Alempic, ahli mikrobiologi selaku pemimpin riset tersebut mengatakan, virus yang kembali hidup tersebut berpotensi menjadi ancaman signifikan bagi kesehatan manusia.


Menurutnya,studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk menilai bahaya yang dapat ditimbulkan oleh virus-virus itu jika akhirnya kembali hidup dalam jumlah banyak.


Virus amoeba berusia hampir 50 ribu tahun tersebut merupakan salah satu dari 13 sampel yang diteliti, dengan sembilan di antaranya diperkirakan berusia puluhan ribu tahun. Peneliti juga memastikan sampel tersebut memiliki perbedaan gen dari semua virus lain yang telah diketahui.


Selain itu, peneliti juga menemukan bulu mammoth hingga usus serigala Siberia yang terkubur di bawah permafrost. Penemuan itu kemudian mendukung kesimpulan bahwa virus yang hidup masih berpotensi menjadi patogen menular.


"Situasinya akan jauh lebih berbahaya jika tanaman, hewan, atau penyakit manusia disebabkan oleh kebangkitan virus kuno yang tidak diketahui," tulis para peneliti.


"Oleh karena itu sah untuk mendalami risiko partikel virus kuno tetap menular seiring dengan mencairnya lapisan permafrost kuno," lanjut pernyataan tersebut.


Tim peneliti tersebut sejak awal dibentuk untuk menggali virus di Siberia, dengan studi sebelumnya mempelajari penemuan virus berusia 30 ribu tahun. Virus tersebut termasuk kategori pandoravirus, yakni virus yang cukup besar untuk dapat dilihat dengan mikroskop cahaya.


Sementara itu, virus terbaru yang berusia 50 ribu tahun diberi nama Pandoravirus yedoma. Nama tersebut sesuai dengan ukuran dan jenis tanah permafrost tempat virus itu ditemukan.


Ahli virologi dari University of California, Eric Delwart, sepakat bahwa virus raksasa tersebut merupakan permulaan untuk mengeksplorasi apa yang tersembunyi di bawah permafrost.


Meski tidak terlibat dalam penelitian ini, Delwart memiliki berbagai pengalaman menghidupkan kembali virus tumbuhan purba.


"Jika peneliti benar-benar mengisolasi virus hidup dari permafrost kuno, kemungkinan virus mamalia yang lebih kecil dan lebih sederhana juga akan bertahan dalam keadaan beku selama ribuan tahun," tutur Delwart.


Penelitian mengenai virus berusia 50 ribu tahun tersebut hingga saat ini belum melalui proses peer-review, tetapi bisa diakses lewat situs bioRxiv. (frl/mik)