Notification

×

Iklan

Iklan

MENGENANG PELE: Timnas Indonesia VS Santos FC (21 Juni 1972)

Jumat, 30 Desember 2022 | 23:27 WIB Last Updated 2022-12-30T17:00:35Z
Pele bertemu mantan Presiden RI Soeharto sekaligus menyerahkan jersey yang digunakannya. (Foto: Istimewa)


ARN24.NEWS -- Legenda sepakbola Brasil, Pele meninggal dunia di usia 82 tahun di Sao Paulo pada Kamis (29/12/2022) waktu setempat atau Jumat (30/12/2022) dini hari WIB. Pemain yang sukses membawa Brasil juara Piala Dunia tiga kali itu dikabarkan memiliki riwayat penyakit jantung dan ginjal. 

Pele juga sempat menjalani pengangkatan tumor dari usus besarnya pada September 2021. Pele telah dirawat di rumah sakit di Sao Paulo Brasil sejak November 2022 karena mengidap sejumlah penyakit. 

Salah satu penyakit yang menggerogoti dan membuatnya mendapat simpati dari seluruh pecinta sepakbola baik di Brasil mau pun seluruh dunia adalah kanker usus besar.

Kepergian sosok yang memiliki nama asli Edson Arantes do Nascimento dan berjulukan “Mutiara Hitam” itu meninggalkan duka mendalam bagi pecinta sepakbola Brasil dan seluruh dunia. 

Selama lebih dari 60 tahun sejak kemunculan fantastisnya di usia 17 tahun bersama Brasil di Piala Dunia 1958 di Swedia, sosok legendaris kelahiran 23 Oktober 1940 ini identik dengan sepak bola. 

Pele bermain di empat Piala Dunia dan merupakan satu-satunya pemain dalam sejarah yang memenangkan tiga Piala Dunia. Pele sukses membawa Brasil Juara Piala Dunia 1958, 1962 dan 1970. Namun, warisannya jauh melampaui jumlah trofi dan rekor mencetak gol yang luar biasa.

Dalam karir panjangnya di sepakbola, Pele sempat mengunjungi Indonesia dan bertanding melawan Timnas Indonesia. Momen itu terjadi pada 21 Juni 1972 ketika Pele menjadi bagian dari skuad Santos FC yang melawat ke Indonesia. 

Kehadiran Santos FC ke Indonesia dalam rangka memeriahkan HUT DKI Jakarta yang jatuh pada 22 Juni 1972. Untuk menghadirkan Santos waktu itu pihak penyelenggara harus  membayar mahal agar Santos datang ke Indonesia. 

Legenda Sepakbola Brasil, Pele bersama Kapten Timnas Anwar Ujang yang merupakan pemain PSMS Medan. (Foto: Istimewa)


Saat itu, mereka mengeluarkan uang 40.000 dollar AS untuk menghadirkan Santos. Harga tersebut lebih mahal dibanding negara-negara lain yang juga mengundang Santos waktu itu.

Untuk pertandingan di Hongkong, Santos dibayar 28.000 dollar AS. Selain membawa Pele, Santos FC yang waktu itu sudah menjuarai Liga Brasil sebanyak 6 kali membawa kiper asal Argentina Agustin Cejas, Carlos Alberto, Edu, Alcindo, Orlando Lele, Jose Ramos Delgado, Clodoaldo, Nene, Jader, Altivo dan lainnya. 

Pele bersama Carlos Alberto, Edu dan Clodoaldo adalah bintang-bintang yang turut membawa Brasil menjuarai Piala Dunia 1970 di Meksiko.

Timnas Indonesia yang diasuh oleh Endang Witarsa waktu itu menurunkan kiper Ronny Pasla (PSMS), Yuswardi (PSMS), Anwar Ujang (PSMS), Mulyadi (Persija), Sunarto (PSMS), M Basri (PSM), Suaib Rizal (PSM), Jacob Sihasale (Persebaya), Iswadi Idris (Persija), Abdul Kadir (Persebaya) dan Risdianto (Persija).

Pertandingan yang berlangsung di Stadion Utama Senayan Jakarta ini ditonton oleh 90.000 penonton. Namun harapan penonton untuk menyaksikan aksi-aksi ajaib Pele, seperti yang diperlihatkannya ketika membawa Brasil 3 kali menjadi Juara Piala Dunia sama sekali tidak terwujud. 

Selain terkesan menghindari benturan keras, Pele seperti tak berkutik dikawal oleh M Basri, Mulyadi dan sang kapten Timnas Anwar Ujang. Timnas memang terlihat tidak gentar dengan Santos yang diperkuat oleh bintang-bintang yang membawa Brazil menjadi Juara Piala Dunia 1970. 

Walau demikian beberapa kali Pele juga sempat memperagakan skill individunya dalam menggocek bola terutama ketika dirinya melewati hadangan lawan dan memberi umpan.

Meski pun demikian bintang-bintang Santos lainnya, seperti Edu dan Jader tampil gemilang dengan aksi ciamiknya. 

Pada menit kedua berawal dari aksi Edu yang menerobos barikade pertahanan Indonesia dengan aksi satu dua sentuhan berhasil mengirim umpan matang yang berhasil dieksekusi dengan gemilang oleh Jader untuk menggetarkan jala gawang Timnas Indonesia yang dikawal Ronny Pasla.

Ketinggalan gol membuat skuad Timnas seperti “tersengat” dan mencoba untuk mencetak gol balasan. Namun aksi gemilang Cejas di bawah mistar Santos sukses menggagalkan peluang-peluang pemain Timnas. 

Malah di menit ke-14 Santos sukses menggandakan keunggulan lewat aksi Edu yang dengan gemilang memanfaatkan bola “rebound” tendangan keras Pele yang ditepis oleh Ronny Pasla.

Menit ke-23, Santos memperbesar keunggulan menjadi 3-0 lewat Pele. Berawal dari aksi Edu yang menerobos pertahanan Timnas Indonesia dan akhirnya dijatuhkan oleh Anwar Ujang di kotak penalti. Wasit R Hatta yang memimpin pertandingan langsung menunjuk titik putih. Pele maju menjadi eksekutor.

Meski penaltinya sempat tertahan oleh Ronny Pasla namun Pele berhasil dengan cepat menyambar bola dan menggetarkan gawang Ronny Pasla. 

Setelah unggul 3-0, Santos FC mulai mengendurkan serangan dan kondis ini dimanfaatkan oleh pemain-pemain Timnas Indonesia. Pada menit ke-31 Timnas berhasil memperkecil ketertingalan.

Berawal dari sepak pojok, Abdul Kadir memberi umpan pendek kepada Iswadi Idris yang berhasil menggiring bola ke kotak penalti Santos dan melalui sudut sempit melepaskan tendangan keras dan terarah yang dengan gemilang ditepis Cejas.

Bola pantul yang ditepis Cejas kemudian dengan gemilang disambar oleh Risdianto dan sukses menjebol gawang Santos. Sampai turun minum skor 3-1 untuk keunggulan Santos. 

Di babak kedua permainan kedua tim berimbang. Kedua tim berulang kali jual beli serangan. Namun kesigapan lini belakang kedua tim ditambah kegemilangan Cejas dan Ronny Pasla membuat gol belum bertambah. Di babak kedua ini pula Anwar Ujang memperlihatkan aksi gemilangnya mematikan pergerakan Edu dan Pele. Pada menit ke-70 Indonesia berhasil menambah gol.

Berawal dari aksi Yuswardi yang mengirim umpan lambung kepada Jacob Sihasale yang kemudian menyundul bola ke arah Risdianto yang berdiri bebas di kotak penalty Santos. Risdianto kemudian melepaskan tembakan voli ke gawang Santos yang tidak bisa ditahan Cejas dan sukses menjebol gawang Santos.Skor pun menjadi 3-2.

Setelah kedudukan 3-2 ini suasana pertandingan mulai memanas. Permainan keras mulai diperagakan kedua tim. Tackling-tackling keras mulai diperagakan pemain kedua tim untuk menghentikan alur serangan yang dibangun. Pada menit ke-77 gelandang Santos Leo tiba-tiba tergeletak di lapangan. 

Iswadi Idris yang yakin bahwa Leo tidak cedera mendekatinya dan memegang tangannya sambil memintanya berdiri. Namun Leo berontak dan melepaskan tangannya dari genggaman Iswadi Idris. Iswadi Idris tersulut emosi dan menendang Leo. 

Insiden itu membuat pemain kedua tim terlibat keributan dan nyaris terjadi baku hantam. Untung aparat keamanan bereaksi cepat melerai keributan pemain kedua tim tersebut sehingga keributan itu bisa cepat diatasi.

Akibat insiden itu Iswadi Idris ditarik keluar dan digantikan oleh rekan setimnya di Persija Surya Lesmana. Pertandingan pun berlangsung tetap dengan tempo tinggi tapi tidak ada insiden keributan. 

Hingga akhirnya wasit R Hatta meniup peluit Panjang tanda pertandingan berakhir skor 3-2 tetap tidak berubah untuk keunggulan Santos FC.

Aksi Pele saat berduel dengan Kapten Timnas asal PSMS Medan Anwar Ujang. (Foto: Istimewa)

Seusai pertandingan Pele dan rekan-rekannya terlihat akrab dengan para pemain Timnas dan tidak terlihat suasana panas yang nyaris memicu perkelahian yang terjadi beberapa menit sebelumnya. Pele bahkan sempat bertukar kostum dengan Jacob Sihasale. 

Ketika diwawancarai seusai pertandingan Pele menyebut Kapten Timnas yang sukses mematikan pergerakannya Anwar Ujang sebagai pemain terbaik Timnas waktu itu.

Indonesia menyimpan kesan mendalam bagi Pele. Sambutan pecinta sepakbola yang meriah sejak mereka mendarat di Bandara Kemayoran sungguh berkesan baginya. Pada 9-11 Desember 1974 dalam rangka kampanye sepakbola Pele Kembali berkunjung ke Indonesia. Dan pada 10 Desember 1974, Pele bahkan bertemu dengan Presiden Soeharto. 

Saat itu Pele menyerahkan jersey Santos FC bernomor punggung 10 yang identik dengan dirinya kepada Presiden Soeharto. Kepada Presiden RI ke 2 itu, Pele juga memuji bahan lateks dari Indonesia sebagai bahan terbaik untuk bola.

Indra Efendi Rangkuti (Pemerhati Olahraga Sumut) bersama Ronny Pasla, kiper Timnas saat melakoni laga melawan Santos FC. (Foto: Istimewa)

"Selamat jalan Pele. Kenangan kejayaanmu akan tetap hidup di hati pecinta sepakbola di seluruh dunia," akhiri Indra Efendi Rangkuti selaku Pemerhati Olahraga Sumut dan Staf Tax Centre USU dalam ulasannya. (saze/edt