Notification

×

Iklan

Iklan

Astaga! Honor Perangkat Pertandingan Liga 1 Belum Dibayarkan Senilai Rp 1,62 M

Kamis, 27 April 2023 | 23:11 WIB Last Updated 2023-04-27T16:11:00Z

Ilustrasi. 

ARN24.NEWS
– Usai juara Liga 1 2022/2023 PSM Makassar tanpa hadiah uang, kini malah terungkap honor match commisioner dan volunter Elite Pro Academy (EPA) 2022/2023 juga belum dibayarkan. 


Save Our Soccer #SOS kini menerima laporan lain honor perangkat pertandingan Liga 1 2022/2023 yang belum dibayarkan. Totalnya, mencapai Rp 1.620.000.000. 


"Sungguh menyedihkan dan memprihatinkan. Bahkan, ada perangkat pertandingan yang ingin menggadaikan BPKB kendaraan dan surat tanah demi memenuhi kebutuhan keluarga untuk lebaran. Inilah wajah buruk tata kelola sepakbola Indonesia," kata Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer, dalam keterangannya, Kamis (27/4/2023).


Honor perangkat pertandingan Liga 1 yang belum dibayarkan adalah mulai pekan 31 sampai pekan 34. Dengan rincian sebagai berikut:


1. Wasit Utama      = Rp 10 juta

2. Asisten Wasit 2 orang x Rp 7,5 juta = Rp 15 juta.

3. Wasit Tambahan 2 orang x Rp 5 juta = Rp 10 juta

4. Wasit cadangan = Rp 5 juta

5. Match Commisoner = Rp 5 juta.


Total satu laga biaya yang harus dikeluarkan untuk perangkat pertandingan Rp 45 juta x 4 pekan x 9 pertandingan per pekan. Total Rp 1,62 miliar. 


"Entah apa alasan dari PT LIB menunda pembayaran honor perangkat pertandingan. Tapi, budaya buruk ini tidak boleh terulang ke depan. Penundaan pembayaran honor perangkat pertandingan membuka celah terjadinya pengaturan skor. Baik itu match acting, match setting, maupun match fixing," kata Akmal.


Menelaah jumlah pemasukan uang dari sponsor Liga 1 musim ini, katanya, seharusnya tidak ada keterlambatan pembayaran. PT LIB dari kompetisi mendapatkan sekitar Rp 370 miliar. 


Rinciannya, Rp 220 miliar dari hak siar dan Rp 150 miliar dari sponsor BRI. Bila setiap klub hanya mendapatkan Rp 5,5 miliar sebagai subsidi, artinya dana yang keluar hanya Rp 99 miliar. Artinya, masih ada Rp 270 miliar. 


"LIB harus membuka laporan keuangannya secara transparan kepada pemilik saham. Kemana saja uang sponsor Liga 1 digunakan. Dan, harus ada langkah hukum bila terjadi penggelapan. Ini demi sepakbola Indonesia yang sehat, profesional dan bermartabat," kata Akmal. 


SOS mendukung langkah Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengaudit keuangan PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) dengan melibatkan dengan firma audit ternama Ernst & Young. 


"Semoga audit yang dilakukan bisa membuka borok sepakbola Indonesia. Kalau sakitnya sudah stadium 4 dan harus diamputasi maka pengurus PSSI harus berani melakukannya. Ini demi kebaikan sepakbola Indonesia," kata Akmal.


SOS berharap audit yang dilakukan bisa dibuka secara transparan. Apalagi PSSI adalah lembaga publik yang menurut Komisi Informasi Publik (KIP) harus terbuka soal keuangan. 


"Contoh FAS (PSSI-nya Singapura) yang membuka laporan keuangan mereka di situs federasi untuk diketahui publik," pungkas Akmal menegaskan. (nas)