Notification

×

Iklan

BMKG Catat Sebagian Indonesia Masuk Musim Kemarau, Cek Daftar Wilayahnya

Minggu, 18 Juni 2023 | 11:52 WIB Last Updated 2023-06-18T04:53:28Z

Ilustrasi. Musim kemarau sudah terjadi di 51 persen wilayah Indonesia. (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)

ARN24.NEWS
– Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan 51 persen wilayah Indonesia sudah masuk ke musim kemarau.


"Berdasarkan jumlah ZOM (zona musim), sebanyak 51 persen wilayah Indonesia masuk musim kemarau," ujar Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Tirto Djatmiko.


Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan.


Berikut daftar lengkap daerah yang sudah memasuki musim kemarau di pekan kedua Juni 2023:


- Aceh bagian timur

- Sumatera Utara bagian timur dan barat

- Riau bagian timur

- Bengkulu bagian selatan

- Lampung bagian selatan

- Banten

- DKI Jakarta

- Sebagian besar Jawa Barat

- Sebagian besar Jawa Tengah

- Sebagian besar Jawa Timur

- Sebagian besar Bali

- NTB

- NTT

- Sebagian Gorontalo

- Sebagian Sulawesi Tengah

- Sebagian Kepulauan Maluku

- Sebagian Maluku Utara

- Sebagian Papua bagian selatan


Puncak kemarau

Pelaksana Tugas Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani menambahkan puncak kemarau bakal terjadi dua hingga tiga bulan lagi.


"Secara umum Puncak Musim Kemarau 2023 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksikan terjadi pada periode Juli-Agustus, dengan wilayah zona musim paling banyak terjadi pada bulan Agustus," tutur Andri.


Meski begitu, ia mengakui hujan masih akan mengguyur banyak wilayah RI setidaknya hingga pekan depan.


Dua faktor yang paling berpengaruh adalah fenomena atmosfer Madden Jullian Oscillation (MJO) dan Gelombang Rossby Equator yang sedang aktif di sekitar RI.


"Kedua fenomena tersebut cukup signifikan dalam memicu terjadinya kejadian hujan di beberapa wilayah di Indonesia untuk saat ini dan diprediksikan masih cukup aktif hingga beberapa hari ke depan," terang Andri.


Ada pula kontribusi gelombang atmosfer Kelvin Wave serta pembentukan pola belokan angin dan perlambatan angin "yang turut memicu pertumbuhan awan hujan menjadi cukup signifikan."


Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mewanti-wanti datangnya kemarau kering akibat pengaruh fenomena iklim di samudera, El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD).


Selain memicu kekeringan, kata dia, minimnya curah hujan yang terjadi. Tidak hanya itu, ada pula berpotensi peningkatan jumlah titik api, sehingga meningkatkan kondisi kerawanan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).


El Nino merupakan fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal, yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur. sementara, IOD terjadi di Samudera Hindia.


Berdasarkan pengamatan BMKG terhadap suhu muka laut di Samudra Pasifik, fenomena lawannya El Nino, La Nina, berakhir pada Februari 2023. (can)