Notification

×

Iklan

Iklan

21.110 Orang Tewas Akibat Serangan Israel di Jalur Gaza

Kamis, 28 Desember 2023 | 23:50 WIB Last Updated 2023-12-28T16:51:38Z

Jenazah korban serangan Israel di Jalur Gaza. Foto: REUTERS)

ARN24.NEWS
– Korban tewas akibat serangan Israel sejak awal Oktober 2023 lalu di Jalur Gaza terus bertambah. Kini, korban tewas telah melampaui 21.000 orang.


Dilansir detikNews dari Reuters dan Al Arabiya, Kamis (28/12/2023), dalam laporan terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, disebut sedikitnya 21.110 orang tewas akibat serangan-serangan Israel di wilayah tersebut, sejak perang berkecamuk pada 7 Oktober 2023 lalu usai Hamas menyerang negara Yahudi itu.


Selanjutnya, otoritas kesehatan Gaza juga melaporkan bahwa sebanyak 55.243 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan Israel.


Jumlah yang dilaporkan otoritas kesehatan Gaza itu mencakup sedikitnya 195 orang yang tewas dan 325 orang yang terluka akibat serangan Israel dalam 24 jam terakhir.


Pasukan militer Israel terus menyerang Jalur Gaza melalui darat, laut dan udara. Pemadaman telekomunikasi di sebagian besar daerah kantong Palestina itu menghambat upaya untuk menjangkau para korban sipil.


Israel terus menggempur Jalur Gaza sejak Hamas melancarkan serangan mengejutkan pada 7 Oktober 2023 lalu. Menurut otoritas Tel Aviv, sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas dan lebih dari 240 orang lainnya disandera.


Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu bersumpah untuk memusnahkan Hamas dengan terus melancarkan serangan besar-besaran yang menghancurkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza.


Israel mengatakan mereka sudah melakukan apa pun yang bisa mereka lakukan demi melindungi warga sipil di Jalur Gaza. Mereka juga menyalahkan Hamas karena membahayakan warga sipil dengan melakukan operasi di tengah-tengah area permukiman sipil. Tuduhan itu dibantah oleh kelompok Hamas.


Namun sekutu terdekat Israel, Amerika Serikat (AS), terus menyerukan Tel Aviv untuk melakukan lebih banyak hal demi mengurangi kematian warga sipil akibat apa yang disebut oleh Presiden Joe Biden sebagai "pengeboman tanpa pandang bulu". (dts/sh)