Notification

×

Iklan

Serangan Udara Israel Tewaskan 24 Warga Palaestina di Gaza saat Pembicaraan Gencatan Senjata Berlangsung

Minggu, 18 Mei 2025 | 12:07 WIB Last Updated 2025-05-18T05:07:34Z

Footage yang dirilis oleh Angkatan Darat Israel mengatakan untuk menunjukkan operasi militer di lokasi yang diberikan sebagai Gaza utara, dalam pengambilan layar ini diambil dari video handout yang tidak bertanggal, dirilis 17 Mei 2025. (Foto: Angkatan Darat Israel / Handout melalui REUTERS)

ARN24.NEWS
- Sebanyak 24 warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan udara Israel yang menghantam tenda pengungsian di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Minggu (18/5). Serangan tersebut terjadi di tengah upaya mediator internasional untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.


Menurut otoritas kesehatan Gaza, serangan itu menargetkan area yang dipenuhi keluarga pengungsi, menyebabkan puluhan orang terluka serta membakar sejumlah tenda. Di antara korban tewas terdapat perempuan dan anak-anak.


Selama 72 jam terakhir, militer Israel dikabarkan telah meningkatkan intensitas serangan di berbagai wilayah Gaza, yang menewaskan ratusan orang. Militer Israel belum memberikan komentar terkait serangan terbaru ini, namun dalam pernyataan sebelumnya menyebutkan bahwa operasi militer bertujuan untuk mencapai "tujuan perang" mereka.


Kelompok Hamas mengecam serangan tersebut sebagai “kejahatan brutal” dan menuduh Amerika Serikat bertanggung jawab atas eskalasi konflik. Pernyataan itu dirilis menyusul kunjungan Presiden AS Donald Trump ke wilayah tersebut, yang dinilai memperburuk ketegangan.


Sementara itu, mediator dari Mesir dan Qatar, yang didukung Amerika Serikat, telah memulai putaran baru pembicaraan gencatan senjata di Doha, Qatar, pada Sabtu lalu. Namun, sumber yang dekat dengan proses negosiasi menyebut belum ada kemajuan berarti karena kedua pihak masih bersikukuh pada posisi masing-masing.


Kondisi di Jalur Gaza terus memburuk seiring meningkatnya jumlah korban dan belum adanya solusi damai yang konkret.


Sumber: Reuters