ARN24.NEWS - Dr. Siti Mayang Sari, M.Pd., dosen Universitas Bina Bangsa Getsempena (UBBG) Banda Aceh, mengembangkan karya tari berkarakter Nusantara melalui Program Pengabdian Inovasi Seni Nusantara (PISN) dengan mengangkat tema Pengembangan Tari Berkarakter Nusantara melalui Inovasi Keberlanjutan.
Salah satu karya unggulannya adalah tari “Peureudeh Inong Bale”, yang menggambarkan kobaran semangat perjuangan perempuan Aceh warisan Laksamana Keumalahayati.
Tarian ini dirancang sebagai media pendidikan karakter dan literasi budaya bagi generasi muda, terutama di era society 5.0. Melalui gerakan dinamis dan narasi yang kuat, karya ini merefleksikan ketangguhan, kecerdasan, serta martabat perempuan Aceh.
Pertunjukan dibuka dengan suasana tenang, menampilkan para penari sebagai Inong Aceh yang hidup dalam kedamaian namun tetap waspada menjaga tanah kelahirannya. Gerak lembut dan penuh keharmonisan memperlihatkan identitas perempuan Aceh sebagai sosok yang santun, berbudaya, dan memiliki nilai spiritual yang kuat.
Ketika ancaman datang, karakter tarian berubah drastis. Para Inong Bale tampil kuat, sigap, dan gagah, merepresentasikan keberanian serta ketegasan perempuan Aceh dalam menghadapi penjajahan.
Gerakan tepukan, hentakan kaki, dan formasi barisan menggambarkan strategi, ketangguhan, dan kekompakan pasukan perempuan yang pernah dipimpin oleh Laksamana Keumalahayati, salah satu tokoh perempuan militer pertama di dunia.
Memasuki bagian klimaks, energi para penari memuncak. Hentakan kaki yang gemulai namun kuat, gerakan tangan yang tegas dan penuh makna, serta perubahan dinamika yang kontras menjadi simbol semangat pantang menyerah.
Klimaks ini juga menghadirkan penghormatan terhadap nilai-nilai perjuangan Keumalahayati, yang tak hanya berjuang dengan kekuatan fisik, tetapi juga kecerdasan, keberanian, dan kehormatan.
Tarian ditutup dengan gerakan anggun namun kokoh, menyimbolkan bahwa warisan keberanian dan martabat perempuan Aceh tetap hidup dan relevan hingga kini.
“Peureudeh Inong Bale” tidak hanya hadir sebagai karya seni pertunjukan, tetapi juga sebagai sarana edukasi karakter, pelestarian budaya, dan inspirasi generasi muda dalam membangun jati diri nasional.
Menurut Dr. Siti Mayang Sari, pengembangan tarian ini juga memadukan unsur tradisi dengan inovasi koreografi modern, tanpa menghilangkan nilai-nilai kodrati perempuan Aceh sebagai sosok yang mandiri, pemberani, berbudaya, dan bermartabat.
Ia berharap karya ini mampu menjadi bagian dari pendidikan karakter di sekolah dan lembaga kebudayaan, sekaligus memperkuat identitas Indonesia di kancah global.
“Tarian ini bukan hanya tentang keindahan gerak, tetapi juga kekuatan makna. Generasi muda perlu melihat bagaimana seni bisa menjadi cermin perjuangan, jati diri, dan martabat bangsanya,” ujarnya.
Dengan semangat keberlanjutan dan relevansi di era society 5.0, Tari “Peureudeh Inong Bale” hadir sebagai karya inovatif yang membangun kesadaran budaya, memperkuat karakter, dan menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan Nusantara. (rfn)









